Spirit 2012
(Generasi Muda tidak Mengenal Locus)


Anwar Arif wibowo


Di Musim semi tahun 1845, Seorang Marx menulis “ Para ahli filsafat telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara akan tetapi soalnya adalah mengubahnya”



Delapan Puluh sembilan (89) Tahun, cukup tua untuk ukuran secarik kertas yang ditorehkan tinta sejarah oleh Muhammad Yamin ketika Mr. Sunaro Berpidato pada akhir kongres Pemuda ; Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia”. Catatan sejarah itu begitu fundamental dalam sejarah bangsa Indonesia, karena gagasan Pemuda-pemudi Indonesia ini menjadi pijakan sekaligus sumpah setia yang dikumandakan Pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928.

Persatuan generasi muda di zaman itu merupakan gerakan yang melampaui zaman mereka__generasi muda yang tergabung dalam jong java, jong sumatera, jong Celebes, jong ambon bersatu sekaligus melampaui dikotomi etnisitas yang kala itu spirit perjuangan masih bersifat kedarahan. Di era 1920-an sekat yang muncul adalah etnisitas, sumpah pemuda jadi jawaban. Apa yang menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda hari ini?



Secara historis kaum muda negeri ini telah menunjukan taringnya pada level nasional bahkan internasional. Ada beberapa hal yang menjadi refleksi dari peran generasi muda Indonesia hari ini_di tengah zaman yang menjalani perubahan sosial yang begitu cepat. Pertama :  Neopatriotisme mensyaratkan dihilangkannya sekat-sekat locus, dan tidak terkurung oleh ras dan etnisitas melainkan keinginan untuk hidup bersama (Ernest Renan). Kedua : Indonesia sebagai pertemuan dari beragam kultur di dunia, yang berakulturasi dengan budaya lokal. Pertemuan budaya tersebut akan membentuk budaya baru dan mengisi ruang-ruang sosial. Ketiga : Generasi muda adalah calon pemimpin di masa depan, ini menguatkan pengertian bahwa secara otomatis generasi muda harus secara terus menerus mengasah diri, sekaligus menjadi bentuk dari upaya mempersiapkan diri untuk perebutan posisi di medan pertaruingan”. Keempat : Modernisme menjadi sebuah situasi yang melahirkan kontruksi sosial baru yang mengarahkan pemahaman masyarakat untuk meninggalkan tradisi, karena dianggap sebagai penghalang dari pembangunanisme.

Situasi ini menjadi bagian dari refleksi realitas, karena di abad ke-21 dimana Pembangunan (developmentalisme) menjadi konsep yang begitu diagungkan__layaknya Tuhan baru, yang mengisi ruang politik, ekonomi, budaya, yang telah sampai pada fase pembangunan teknologi informasi_dengan satelit terbangun jejaring yang begitu global. Seperti Pendekatan Imanuel Castle yang mendiskripsikan masyarakat saat ini sebagai kekuatan-kekuatan yang paling berjejaring (networking society), sama halnya dengan jejaring laba-laba yang terikat satu sama lain. Formasi sosial saat ini mengakibatkan polarisasi bidang kerja yang semakin kompleks karena orientasi industri sudah mengarah pada pengelolaan informasi.
Teknologi informasi memegang perang penting di zaman ini, karena Media informasi seolah begitu dekat dengan khalayak media dalam menyajikan realitas dan membentuk opini piblik.


Generasi Muda Penyokong Tradisi
Dimasa lalu generasi muda Indonesia memiliki gagasan besar dalam menata masa depan bangsa Indonesia, sejak 1908 (kebangkitan nasional), 1925 (manifesto 1925), sejarah ini bukan sekedar romantisme tetapi bagian dari penyegaran isi kepala dalam memposisikan diri di tengah hegemoni global yang menyerang kesadaran generasi muda. Hegemoni global lebih diarahkan pada imperialisme budaya yang lebih dimaknai pada dominasi budaya-budaya barat di tengah tersingkirnhya tradisi lokal.

Indogemius Culture sebagai kekuatan filterisasi hegemoni budaya global menjadi bagian yang tidak boleh lepas dari nalar generasi muda, karena faktor inilah yang menjadi spirit dalam menata gagasan-gagasan besar.

Menurut Hatington (1976) modernisme adalah proses yang berlangsung secara revolusioner (perubahan yang sangat cepat dari tradisi menjadi modernisme), kompleks (melalui banyak cara), sistematik, global (akan mempengaruhi semua manusia), bertahap (melalui langkah-langkah), hegemonsisasi dan progresif. Skala modernitas menjadi alat ukur yang menjadi bagian dari sosialisasi dalam peruahan perilaku. Karena tradisionalisme dianggap memegang peranan penting dalam meprubahan perilaku individu__disinilah tradisinalisme yang dianggap menjadi penghambat,  sehingga sikap modern diarahkan pada individu masing-masing sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.

Gambaran diatas memberikan penjelasan bahwa nalar dari modernisme adalah sitausi yang menghegemoni kasadan manusia, bahkan sampai akar cultural sebuah bangsa. Apaakah heroisme generasi muda hanya akan berakhir menjadi sebuah cerita sejarah yang hanya dinikmati dalam situasi romantisme ataukah mulai hari ini nilai itu harus direbut kembali oleh generasi muda untuk menjadi spirit gerakan di era dunia yang multipolarisme.

Ada beberapa hal yang menjadi catatn penting dalam upaya generasi muda mengawal tradisi : Pertama : Bangsa ini memiliki sejarah, kebudayaan, pergerakan dan bahkan pertaruhan untuk sebuah masa depan, Nilai tradisi masa lalu menjadi penting untuk tetap dijaga ubtuk menjadi spirit gerakan kaum muda hari ini dan masa dating. Kedua : pada tahun 2009 bangsa Indonesia telah banyak melewati momentum besar : Pemilihan Legeslatif dan Pemilihan Presiden, tetapi belum menunjukan perubahan signifikan akan kondisi bangsa yang bermartabat. Ini terbukti dengan Kasus Bibit-Chandra (Kriminalisasi KPK), Prita (kasus dengan RS. Omni Internasional) ataupun Kasus Century yang ngambang oleh situasi politik dengan mental-mental bangsa yang masih “Tanda Tanya”. Penegakan Supremasi hukum harus jadi tradsi anak bangsa, jangan bioarkan dia berlalu, bahkan hilang karena politisasi.  Ketiga : Dimasa datang generasi muda akan menghadapi pertarungan dengan situasi internal : Penegakan Supremasi Hukum, Memerangi kemiskinan, Menghadapi persoalan kesehatan dan Pendidikan. Termasuk pada situasi yang lain, dimana bangsa ini berjuang untuk kedaulatan ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan yang sukar lepas intervensi asing. Generasi muda dengan tradisi dan jati dirinya memiliki peran penting dalam menentukan nasib bangsa__agar tidak terdampar sebagai sebuah Rongsokan.

Belajar Dari Gus Dur
Banayak Tokoh di Dunia yang yang menjadi inspirator, Misalnya Socrates_Seorang Filsuf Yunani yang berfikir bahkan melampaui zamannya atau Leonardo da Vinci, tokoh yang memiliki kelebihan dalam banyak hal, selain di bidang seni, dia juga memiliki gagasan futuristik yang luar biasa. Seperti gambar-gambarnya mengenai benda-benda yang terbang dan kendaraan air yang aneh. Kemampuan Leonardo da vinci adalah melampaui waktu dengan memberikan gambar-gambar visual tentang masa depan. Di masa itu Ramalan-ramalanya dianggap gagasan gila karena melampaui waktu, menangkap waktu dan memperkirakan hal ikhwal yang sama sekali baru,  dia menjadi “Pembuat Peta Masa Depan Pertama.

Kita kemudian menelisisk Sang inspirator Bangsa Indonesia, seorang guru besar yang juga berfikir bahkan melampaui zamannya. Dialah KH. Abdurrahman Wahid atau gus dur. Di penghujung 2009 tanggal 30 Desember duka menorah bangsa ini dengan meninggalnya seorang Tokoh besar, Simbol kaum minoritas dan masyarakat (civil society), Pejuang demokrasi sejati, Mungkin? Takkan ada lagi tokoh seperti beliau (kalaupun ada fasenya masih akan lama), figur yang sedcerhana, dan selalu berfikir untuk kemajuan bangsa.

Selain simbol Nahdatul Ulama karena dengan perannya telah mengembalikan NU ke Titahnya sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dan membentuk PKB sebagai salah satu Partai, beliau juga dikenal sebagai Bapak bangsa__Mantan Presiden RI ke-4 yang menghilangkan kesangaran Istana Negara yang begitu terkesan birokratik dan formal, dimasa beliau Istana Negara adalah Istana Rakyat jauh dari kesan formalitas dan elitisme.

Begitu banyak yang telah beliau torehkan di bangsa ini dengan keberanian, meski banyak ditentang tetapi icon penjaga pluralisme tidak akan lepas dari sosok gusdur. Dimasanya Kong Hucu diakui sebagai agama resmi dan menetapkan hari emlek sebagai hari libur nasional_Tionghoa memiliki kebebasan yang sama layaknya kebebasan sedmua warga Negara. Irian Jaya dikembalikan namanya menjadi papua, penggagas komunikasi lintas agama di Indonesia adalah ukiran sejarah yang kita rasakan sampai hari ini.

Terlalu banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari seorang Gus dur, penulis hanya menggambarkan beberapa hal yang mungkin menjadi inspirasi: Pertama : Pemimpin adalah simbol kesederhanaan_dapat dimaknai merakyat, karena fikiran dan gerakan menjadi utuh “Untuk Rakyat. Kedua : Bangsa ini harus melahirkan kader yang mampu berkata yang benar di depan penguasa zalim, berteriak hitam untuk yang hitam dan berteriak putih untuk yang putih_ini lebih menyiratkan makna bahwa kita sebagai anak bangsa teguh akan prinsip untuk kesejahteraan rakyat.

Ketiga : Semangat generasi Muda Indonesia yang memiliki latar belakang keberagaman, kita tidak mengenal locus” untuk sebuah bangsa yang besar, hanya Indonesia yang utuh dengan demokratisasi, dan pemerintah yang melahirkan regulasi untuk semuah kemakmuran Rakyat.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia akan disegani dimata dunia dengan kolektifitas, niat yang kuat dari semua elemen bangsa, pengelolaan pengetahuan sistematis, jauh dari intervensi asing, memiliki kemandirian, dan siap untuk medan pertarungan.


Yang tidak dingkapakan,
Itu Lebih Penting (Gus Dur).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar